Thursday, November 17, 2011

Siapakah Direktur TPA itu ?

Oleh Ahmadi, (Ketua Umum Badko TKA-TPA Kab. Bantul)

Kita semua sudah pahami bahwa sebuah organisasi membutuhkan seorang pemimpin/leader. Sukses dan surutnya sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh peran seorang leader. Dalam lembaga TPA pimpinan Sering disebut Direktur/Director. Direktur adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk memerintah orang lain. Oleh karena itu semestinya seorang direktur memiliki MIMPI/VISI yang jelas dan dipahami oleh orang-orang yang ada dalam tanggungjawabnya. Selanjutnya direktur juga harus mampu menjabarkan VISI dalam bentuk MISI yang jelas dan dapat dilaksanakan sesuai dengan potensi dan didukung dengan perangkat yang ada baik perangkat lunak/SOFTWARE maupun perangkat keras/HARDWARE yang dimiliki oleh lembaga yang dipimpinnya.

Kemampuan-kemampuan apa saja yang harus dimiliki direktur TPA ?
1. Kemampuan konsepsi (membuat berbagai konsep apa yang harus dikerjakan dalam memirnpin TPA)
2. Kemampuan organisasi (melakukan pembagian wewenang kepada orang-orang yarg tepat)
3. Kemampuan supervise dan motivasi (melakukan pengawasan atas hasil kerja dan kinerja di TPA)
4. Kemampuan reparasi (melakukan perbaikan serta peningkatan kualitas TPA)

Seorang direktur TPA mestinya memiliki checklist/daftar apa yang mesti ada atau dilaksanakan di TPA seperti :

1. Sudahkah ada papan nama TPA ?
2. Sudahkah ada jadwal TPA ?
3. Sudahkah cukup ustadz di TPA ?
4. Sudahkah TPA kita berjalan dengan baik ?
5. Kapan diadakan pertemuan wali santri ?
6. Kapan diadakan pembinaan ustadz ?
7. Kapan diadakan ujian santri ?
8. Kapan dilaksanakan penerimaan Rapor ?
9. Kapan diadakan wisuda santri ?

10. Sudahkah ada: buku induk santri, buku induk ustadz, buku presensi, buku kemajuan pelajaran/kelas, buku pelajaran/bahan ajar, buku kurikulum, buku tamu, buku daftar donatur, lembaga sponsor, papan pengumuman, soal-soal latihan / bank soal, kartu prestasi santri, buku dokumen prestasi santri,foto-foto kegiatan, dll ?
11. Sudahkah ada jadwal rapat rutin ustadz TPA ?
12. Sudahkah ada papan checking penggunaan barang baik barang yang habis dipakai atau barang tetap ?
13. Sudahkah ada rencana anggaran pendapatan dan belanja TPA ?
14. Sudahkah para ustadz dan santri memakai seragam ?
15. Sudahkah dibentuk pengurus atau yayasan ?
16. Sudahkah ada orang-orang yang bersedia menjadi donator ?
17. Sudahkah ada kerja sama dengan lembaga lain baik bersifat financial, komersial atau nonkomersial ?
18. dll


Checklist di atas harus dimiliki seorang direktur sebagai bahan dalam musyawarah. Dengan demikian capaian yang ditargetkan jelas dan terukur. Sebab kemajuan sebuah TPA juga harus terukur untuk bahan pertanggungjawaban kepada masyarakat terlebih kepada Allah SWT. Oleh karena itu seorang direktur TPA semestinya juga memiliki kemampuan mengkomunikasikan berbagai permasalahan tersebut di atas kepada masyarakat, baik kepada wali santri, pengurus/yayasan TPA, kepada para donatur, serta kepada masyarakat pada umumnya.

Di samping hal-hal tersebut di atas, sudah semestinya seorang direktur TPA memiliki akhlaq mulia sehingga menjadi contoh bagi ustadz maupun santri yang belajar di tempat tersebut. Idealnya direktur TPA adalah orang yang paling bagus bacaan AI-Quran-nya, paling rajin berangkatnya, paling supel bicaranya, paling' pemurah pemberiannya, paling paham agamanya, dan paling cepat respon terhadap masalah yang ada, paling baik kebiasaannya, dan sebagainya.

Selanjutnya timbul pertanyaan kepada kita "Apakah kita sudah menjadi direktur TPA yang baik ataukah sekedar nama kita saja yang kebetulan dipajang sebagai direktur tanpa tahu apa tugas seorang direktur ?" Pertanyaan lain,"Apakah direktur TPA sebuah kebanggaan ataukah amanat yang harus ditunaikan ?"

Demikian sekelumit bahan renungan kita bersama, direktur adalah sebuah kesempatan untuk beramal sebanyak-banyaknya dalam rangka peran kita melanjutkan perjuangan risalah IsIamiyah demi terwujudnya rnasyarakat yang memahami, menghayati, mengamalkan dan menyebarluaskan Al-Qur'an.

"Jazaakumullaah bihudluurikum wa nudzuurikum. Wallaahu a’lam."

Disampaikan dalam Pembinaan Direktur Tpa se-Kabupaten Bantul,
pada Selasa, 20 September 2011,di aula Dinas Sosial Kabupaten Bantul.
"Menuju Masa Depan IsLam yang GemiLang dengan Menyebarluaskan Kesejukan AL-Qur'an"

Baca Selengkapnya..

Tuesday, November 15, 2011

METODE PENGAJARAN BACA TULIS AL-QUR'AN DI INDONESIA


A. Muqoddimah
Fenomena yang terjadi di masyarakat kita, terutama di rumah-rumah keluarga muslim semakin sepi dari bacaan ayat-ayat suci Al Qur'an. Hal ini disebabkan karena terdesak dengan munculnya berbagai produk sain dan tehnologi serta derasnya arus budaya asing yang semakin menggeser minat untuk belajar membaca Al Qur'an sehingga banyak anggota keluarga tidak bisa membaca Al Qur'an. Akhirnya kebiasaan membaca Al Qur'an ini sudah mulai langka. Yang ada adalah suara-suara radio, TV, Tape recorder, karaoke, dan lain-lain. Keadaan seperti ini adalah keadaan yang sangat memprihatinkan. Belum lagi masalah akhlak, akidah dan pelaksanaan ibadahnya, yang semakin hari semakin jauh dari tuntunan Rasululloh . Maka sangat diperlukan kerjasama dari semua fihak untuk mengatasinya. Yaitu mengembalikan kebiasaan membaca Al Qur'an di rumah-rumah kaum muslimin dan membekali kaum muslimin dengan nilai-nilai Islam, sehingga bisa hidup secara Islami demi kebahagiaan dunia dan akhirat.

Pada dekade belakangan ini telah banyak metode pengajaran baca tulis Al-Qur'an dikembangkan, begitu juga buku-buku panduannya telah banyak disusun dan dicetak. Para pengajar baca tulis Al-Qur'an tinggal memilih metode yang paling cocok baginya, paling efektif dan paling murah. Dunia pendidikan mengakui bahwa suatu metode pengajaran senantiasa memiliki kekuatan dan kelemahan. Keberhasilan suatu metode pengajaran sangat ditentukan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Kemampuan guru.
2. Siswa
3. Lingkungan.
4. Materi pelajaran.
5. Alat pelajaran.
6. Tujuan yang hendak dicapai.

Dalam mengajarkan baca tulis Al-Qur'an harus menggunakan metode. Dengan menggunakan metode yang tepat akan menjamin tercapainya tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dan merata bagi siswa.

B. Metode-metode baca tulis Al-Qur'an di Indonesia.
Metode-metode pembelajaran baca tulis Al-Qur'an telah banyak berkembang di Indonesia sejak lama. Tiap-tiap metode dikembangkan berdasarkan karakteristiknya.

1. Metode Baghdadiyah.
Metode ini disebut juga dengan metode “ Eja “, berasal dari Baghdad masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Tidak tahu dengan pasti siapa penyusunnya. Dan telah seabad lebih berkembang secara merata di tanah air. Secara dikdatik, materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit ke abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci ( khusus ). Secara garis besar, Qoidah Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu ditampilkan secara utuh dalam tiap langkah. Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi tema central dengan berbagai variasi. Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa (enak didengar ) karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama. Metode ini diajarkan secara klasikal maupun privat.

Beberapa kelebihan Qoidah Baghdadiyah antara lain :
a. Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif.
b. 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh sebagai tema sentral.
c. Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.
d. Ketrampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik tersendiri.
e. Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.

Beberapa kekurangan Qoidah baghdadiyah antara lain :
a. Qoidah Baghdadiyah yang asli sulit diketahui, karena sudah mengalami beberapa modifikasi kecil.
b. Penyajian materi terkesan menjemukan.
c. Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat menyulitkan pengalaman siswa.
d. Memerlukan waktu lama untuk mampu membaca Al-Qur'an

2. Metode Iqro’.
Metode Iqro’ disusun oleh Bapak As'ad Humam dari Kotagede Yogyakarta dan dikembangkan oleh AMM ( Angkatan Muda Masjid dan Musholla ) Yogyakarta dengan
membuka TK Al-Qur'an dan TP Al-Qur'an. Metode Iqro’ semakin berkembang dan menyebar merata di Indonesia setelah munas DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Al-Qur'an dan metode Iqro’ sebagai sebagai program utama perjuangannya. Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak TK Al-Qur'an. 10 sifat buku Iqro’ adalah :
a. Bacaan langsung. f. Praktis
b. CBSA g. Disusun secara lengkap dan sempurna
c. Privat h. Variatif
d. Modul i. Komunikatif
e. Asistensi j. Fleksibel

Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro’ antara lain :
a. TK Al-Qur'an
b. TP Al-Qur'an
c. Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla
d. Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Qur'an
e. Menjadi program ekstra kurikuler sekolah
f. Digunakan di majelis-majelis taklim

3. Metode Qiro’ati
Metode baca al-Qu ran Qira'ati ditemukan KH. Dachlan Salim Zarkasyi (w. 2001 M) dari
Semarang, Jawa Tengah. Metode yang disebarkan sejak awal 1970-an, ini memungkinkan anakanak mempelajari al-Qur'an secara cepat dan mudah..

Kiai Dachlan yang mulai mengajar al-Qur'an pada 1963, merasa metode baca al-Qur'an yang ada belum memadai. Misalnya metode Qa'idah Baghdadiyah dari Baghdad Irak, yang dianggap metode tertua, terlalu mengandalkan hafalan dan tidak mengenalkan cara baca tartil (jelas dan tepat, red.) Kiai Dachlan kemudian menerbitkan enam jilid buku Pelajaran Membaca al-Qur'an untuk TK al-Qur'an untuk anak usia 4-6 tahun pada l Juli 1986. Usai merampungkan penyusunannya, KH. Dachlan berwasiat, supaya tidak sembarang orang mengajarkan metode Qira'ati. Tapi semua orang boleh diajar dengan metode Qira'ati. Dalam perkembangannya, sasaran metode Qiraati kian diperluas. Kini ada Qiraati untuk anak usia 4-6 tahun, untuk 6-12 tahun, dan untuk mahasiswa.

Secara umum metode pengajaran Qiro’ati adalah :
a. Klasikal dan privat
b. Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri ( CBSA)
c. Siswa membaca tanpa mengeja.
d. Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat.

4. Metode Al Barqy
Metode al-Barqy dapat dinilai sebagai metode cepat membaca al-Qur'an yang paling awal. Metode ini ditemukan dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Muhadjir Sulthon pada 1965. Awalnya, al-Barqy diperuntukkan bagi siswa SD Islam at-Tarbiyah, Surabaya. Siswa yang belajar metode ini lebih cepat mampu membaca al-Qur'an. Muhadjir lantas membukukan metodenya pada 1978, dengan judul Cara Cepat Mempelajari Bacaan al-Qur'an al-Barqy. MUHADJIR SULTHON MANAJEMEN (MSM) merupakan lembaga yang didirikan untuk membantu program pemerintah dalam hal pemberantasan buta Baca Tulis Al Qur’an dan Membaca Huruf Latin. Berpusat di Surabaya, dan telah mempunyai cabang di beberapa kota besar di Indonesia, Singapura & Malaysia.

Metode ini disebut ANTI LUPA karena mempunyai struktur yang apabila pada saat siswa lupa dengan huruf-huruf / suku kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah dapat mengingat kembali tanpa bantuan guru. Penyebutan Anti Lupa itu sendiri adalah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Agama RI. Metode ini diperuntukkan bagi siapa saja mulai anak-anak hingga orang dewasa. Metode ini mempunyai keunggulan anak tidak akan lupa sehingga secara langsung dapat MEMPERMUDAH dan MEMPERCEPAT anak / siswa belajar membaca. Waktu untuk belajar membaca Al Qur’an menjadi semakin singkat.

Keuntungan yang di dapat dengan menggunakan metode ini adalah :
a Bagi guru ( guru mempunyai keahlian tambahan sehingga dapat mengajar dengan lebih baik, bisa menambah penghasilan di waktu luang dengan keahlian yang dipelajari),
b Bagi Murid ( Murid merasa cepat belajar sehingga tidak merasa bosan dan menambah
kepercayaan dirinya karena sudah bisa belajar dan mengusainya dalam waktu singkat, hanya satu level sehingga biayanya lebih murah),
c Bagi Sekolah (sekolah menjadi lebih terkenal karena murid-muridnya mempunyai kemampuan untuk menguasai pelajaran lebih cepat dibandingkan dengan sekolah lain).

5. Metode Tilawati.
Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri dari Drs.H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan oleh Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di TK-TPA, antara lain :
a. Mutu Pendidikan Kualitas santri lulusan TK/TP Al Qur’an belum sesuai dengan target.
b. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran masih belum menciptakan suasana belajar
yang kondusif. Sehingga proses belajar tidak efektif.
c. Pendanaan Tidak adanya keseimbangan keuangan antara pemasukan dan pengeluaran.
d. Waktu pendidikan Waktu pendidikan masih terlalu lama sehingga banyak santri drop-out sebelum khatam Al-Qur'an.
e. Kelas TQA Pasca TPA TQA belum bisa terlaksana.
Metode Tilawati memberikan jaminan kualitas bagi santri-santrinya, antara lain :
a. Santri mampu membaca Al-Qur'an dengan tartil.
b. Santri mampu membenarkan bacaan Al-Qur'an yang salah.
c. Ketuntasan belajar santri secara individu 70 % dan secara kelompok 80%.

Prinsip-prinsip pembelajaran Tilawati :
a. Disampaikan dengan praktis.
b. Menggunakan lagu Rost.
c. Menggunakan pendekatan klasikal dan individu secara seimbang.

6. Metode Iqro’ Dewasa

7. Metode Iqro’ Terpadu
Kedua metode ini disusun oleh Drs. Tasrifin Karim dari Kalimantan Selatan. Iqro’ terpadu merupakan penyempurnaan dari Iqro’ Dewasa. Kelebihan Iqro’ Terpadu dibandingkan dengan Iqro’ Dewasa antara lain bahwa Iqro’ Dewasa dengan pola 20 kali pertemuan sedangkan Iqro’ Terpadu hanya 10 kali pertemuan dan dilengkapi dengan latihan membaca dan menulis. Kedua metode ini diperuntukkan bagi orang dewasa. Prinsip-prinsip pengajarannya seperti yang dikembangkan pada TK-TP Al-Qur'an.

8. Metode Iqro’ Klasikal
Metode ini dikembangkan oleh Tim Tadarrus AMM Yogyakarta sebagai pemampatan dari buku Iqro’ 6 jilid. Iqro’ Klasikal diperuntukkan bagi siswa SD/MI, yang diajarkan secara klasikal dan mengacu pada kurikulum sekolah formal.

9. Dirosa ( Dirasah Orang Dewasa )
Dirosa merupakan sistem pembinaan islam berkelanjutan yang diawali dengan belajar baca Al-Qur’an. Panduan Baca Al-Qur’an pada Dirosa disusun tahun 2006 yang dikembangkan Wahdah Islamiyah Gowa. Panduan ini khusus orang dewasa dengan sistem klasikal 20 kali pertemuan.

Buku panduan ini lahir dari sebuah proses yang panjang, dari sebuah perjalanan pengajaran Al Qur'an di kalangan ibu-ibu yang dialami sendiri oleh Pencetus dan Penulis buku ini. Telah terjadi proses pencarian format yang terbaik pada pengajaran Al Qur'an di kalangan ibu-ibu selama kurang lebih 15 tahun dengan berganti-ganti metode. Dan akhirnya ditemukanlah satu format yang sementara dianggap paling ideal, paling baik dan efektif yaitu memadukan pembelajaran baca Al-Qur'an dengan pengenalan dasar-dasar keislaman. Buku panduan belajar baca Al-Qur'annya disusun tahun 2006. Sedangkan buku-buku penunjangnya juga yang dipakai pada santri TK-TP Al-Qur'an.

Panduan Dirosa sudah mulai berkembang di daerah-daerah, baik Sulawesi, Kalimantan
maupun beberapa daerah kepulauan Maluku; yang dibawa oleh para da,i . Secara garis besar metode pengajarannya adalah Baca-Tunjuk-Simak-Ulang, yaitu pembina membacakan, peserta menunjuk tulisan, mendengarkan dengan seksama kemudian mengulangi bacaan tadi. Tehnik ini dilakukan bukan hanya bagi bacaan pembina, tetapi juga bacaan dari sesama peserta. Semakin banyak mendengar dan mengulang, semakin besar kemungkinan untuk bisa baca Al-Qur'an lebih cepat.

10. PQOD ( Pendidikan Qur’an Orang Dewasa )
Dikembangkan oleh Bagian dakwah LM DPP WI, yang hingga saat ini belum diekspos keluar. Diajarkan di kalangan anggota Majlis Taklim dan satu paket dengan kursus Tartil Al-Qur'an .

C. Pembahasan efektivitas metode baca tulis Al-Qur'an.
Seorang pengajar baca tulis Al-Qur'an , tidak serta merta mengadopsi metode yang baru
dikenalnya, apalagi jika hanya mendapatkan informasi saja tentang metode tersebut . Para Pembina harus melakukan kajian yang mendalam, sebelum menetapkan metode apa yang akan dipakai dalam mengajarkan baca tulis Al-Qur'an kepada santri.

Beberapa pertimbangan dalam pemilihan metode pengajaran antara lain :
1. Mudah dan murahnya mendapatkan pelatihan-pelatihan bagi para pembina.
2. Mudah dikuasai oleh mayoritas Ustadz/ah
3. Mudah dan murah mendapatkan buku panduan
4. Mudah dan sederhana pengelolaan pengajarannya.

Jika beberapa metode lolos pertimbangan di atas, maka ditentukan pemilihan berdasarkan skala prioritas.

D. Kesimpulan.
Metode apapun yang berkembang, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Efektifitas, efisiensi, cepat mudahnya sebuah metode pengajaran berbeda-beda di tiap daerah. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Penggabungan beberapa metode pengajaran belum tentu membuahkan hasil yang baik.

Perlu konsistensi bagi pembina dalam menerapkan sebuah metode apabila telah dipilih, sebab ganti-ganti metode akan menyebabkan kebingungan bagi pembina, terlebih lagi bagi santri.

(Disampaikan oleh Komari pada Pelatihan Nasional Guru dan Pengelola TK-TPA, Gedung LAN Makassar 24-26 Oktober 2008)

Baca Selengkapnya..