Thursday, August 29, 2013

Latar Belakang dan Sejarah

Melihat banyaknya anak – anak dan remaja yang antusias dalam memakmurkan masjid namun masih banyak yang buta huruf Arab (belum bisa membaca Al – Quran) timbullah niat dari remaja masjid dan atas dorongan Takmir untuk mengadakan pengajian anak – anak yang bersifat rutin. Tepat pada bulan agustus 1990 terbentuklah pengajian (TPA) yang bertempat di Masjid Baitussalam dengan kondisi :


a.    TPA masuk 3 kali dalam seminggu yaitu hari ahad, selasa dan jum’at pada jam 18.00 (sehabis magrib sampai isya’)
b.    Kondisi santri
-    Santri dibagi menjadi 7 kelompok (7 kelas) dengan pembagian sesuai dengan jilid (iqra). Jilid 1 sampai jilid 6 sendiri dan yang Al – Quran disendirikan.
-    Jumlah santri ada 40 ( 17 santriwan dan 23 santriwati)
-    Santri yang sudah Al – Quran ada 17 ( 5 santriwan dan 12 santriwati)
c.    Kondisi Ustadz
-    Jumlah ustadz/pengajar ada 15 ( putra 10 dan putri 5)
-    Berhubung waktu itu belum banyak pelatihan metode iqra sehingga ustadz – ustadzah masih sangat minim sekali dalam mengajarkan metode iqro

Seiring dengan pergantian waktu, hari berganti hari bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun TPA hanya bisa bertahan dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun. Pada awal 1992 TPA sudah tertidurkan. Entah apa yang menjadi penyebabnya yang jelas ada beberapa faktor :
1.    Kurang koordinasi yang jelas (tertib)
2.    Tidak terbentuk kepengurusan (penanggung jawab) yang pasti
3.    Berkurangnya pengasuh/pengajar
Kiranya hanya sampai disitu perjalanan TPA waktu itu. Selama kurang lebih tiga belas bulan masjid begitu agak sepi dari anak – anak. Namun jamaah dari remaja dan orang tua masih tetap istiqomah.

Seiring perjalanan waktu pada tahun 1993 di wilayah Srandakan bangkitlah berbagai jamaah masjid yang mengadakan pengajian anak – anak (TPA). Berbekal dari itu di jamaah Masjid Celan pun ada beberapa remaja dengan semangat baru merintis kembali kegiatan TPA. Pada 21 juli 1993 TPA Baitussalam Celan bangun kembali dari tidurnya.

Alhamdulillah dengan semangat juang yang baru TPA bisa berjalan kembali walaupun sentralnya bukan di Masjid. TPA Baitussalam dibagi menjadi dua unit yaitu di timur dan selatan. Di timur bertempat di rumah Bapak Hartoyo dan di selatan bertempat di rumah Bapak Sukimin.

Berhubung banyak dukungan dari warga sekitar dan dari takmir maka TPA semakin berkembang pesat sehingga di wilayah Celan utara pun didirikan TPA yang bertempat di rumah Bapak Tuparlan.

Puncak kemajuan TPA dilihat dari kuantitas santri di tahun 1995 jumlah santri yang terdaftar sampai 178 anak dan dengan ustadz/pengajar sebanyak 19 orang. Seiring bertambah usia TPA sedikit demi sedikit mulai surut disebabkan oleh :
1.    Pendanaan yang terbatas
2.    Koordinasi kurang berjalan
3.    Perhatian dari takmir dan tokoh masyarakat semakin berkurang
4.    Ustadz/pengajar agak lesu dan tidak ada semangat kembali

Begitulah sebuah perjuangan anak – anak remaja. Bila sedang semangat maka tiada yang mampu menghalangi, namun apabila mengalami futur/loyo musnahlah segala impian.

Pada tahun 1997 TPA tinggal 2 unit yaitu di Celan utara bertempat di rumah Bapak Ali Abdullah dan di selatan bertempat di rumah Bapak Abdul Alim.

Pada tahun 1998 entah dengan faktor apa TPA sebelah utara terpaksa tertidur. Hanya tinggal satu TPA yang masih hidup yaitu TPA di Celan selatan di rumah Bapak Abdul Alim.

Diawal tahun 1999 ada ghiroh kembali di Celan timur dan Celan utara. TPA bangun kembali dari tidurnya. Di Celan timur berpindah tempat ke rumah Bapak  Amin Sutrisno, sedangkan di Celan utara bertempat di rumah bapak Wardiman. Di tahun 2000 TPA Celan utara berpindah ke tempat Bapak Sjahir.

TPA Celan utara di tempat bapak Sjahir diberi nama TPA Baitussalam, TPA Celan Timur di tempat Bapak Amin Sutrisno diberi nama Al – Manar dan TPA Celan Selatan di tempat Bapak Abdul Alim diberi nama TPA Al – Faruq.(-red).

Diawal tahun 2001 berkat dorongan dari KKN Universitas Muhammadiyah Yogyakarta timbulah usulan untuk membentuk kepengurusan dalam TPA. Walhasil terbentuklah sebuah kepengurusan yang baru walapun waktu itu ustadz pengajar masih tergolong remaji. Sehingga kepengurusan TPA tidak bisa berjalan secara optimal, disamping itu masih minimnya pengetahuan mereka dalam dunia pendidikan.

Pada hari ahad 22 februari 2004 terjadilah pergantian pengurus yang baru. Dengan kepengurusan ini dan ditunjang dengan semakin dewasa dalam pola pikir, serta ghiroh yang tinggi dan jalinan kebersamaan yang sangat erat sehingga dapat membangun kinerja yang bagus. Walapun kekurangan dan kecacatan masih kelihatan. Namun itulah sebuah perjuangan.

Alhamdulillah di tahun 2005 TPA dapat disentralkan di Masjid Baitussalam. Mudah – mudahan dengan disentralkan di Masjid Allah senantiasa memberikan Ridho, petunjuk dan jalan.

Oleh Ust Surata.

Baca Selengkapnya..